Kasus kanker di Indonesia dikelompokkan ke dalam 6 kategori,&nbsp; di antaranya: Angka kasus kanker payudara mencapai 16,6% dari keseluruhan kasus kanker di Indonesia. Lalu, ada kanker serviks sebanyak 9,2%, ketiga kanker paru-paru mencapai 8,8%, kanker anus dan usus besar sebanyak 8,6%, kanker hati sebanyak 5,4% dan kanker lainnya 51,4%.&nbsp; Total keseluruhan kasus baru di tahun 2020 sebanyak 396.914.

Jumlah Kasus Kanker di Indonesia Tahun 2020

Kanker serviks adalah kanker peringkat 4 yang diderita oleh perempuan di seluruh belahan dunia, dengan estimasi 604.000 kasus baru dan 342.000 kematian pada 2020. Sekitar 90% di antaranya terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah1. Lebih dari 95% kasus kanker serviks disebabkan oleh Human Papillomavirus (HPV). Infeksi HPV adalah infeksi virus yang paling umum pada saluran reproduksi. Sebagian besar laki-laki dan perempuan yang aktif secara seksual akan terinfeksi HPV dalam hidup mereka1. Untuk itu, Strategi Global untuk Mempercepat Eliminasi Kanker Serviks sebagai Masalah Kesehatan Masyarakat (WHO, 2020), merekomendasikan pendekatan komprehensif untuk pencegahan dan pengendalian kanker serviks. Tindakan yang direkomendasikan termasuk intervensi sepanjang perjalanan hidup, seperti pada grafik di bawah ini:2

1. Pencegahan Utama<ul style="list-style-type:disc;"><li>Vaksinasi HPV untuk perempuan usia 9-14 tahun&nbsp;</li><li>Untuk remaja perempuan dan laki-laki, disesuaikan: informasi kesehatan dan peringatan mengenai pengunaan tembakau, pendidikan seksual yang disesuaikan dengan usia dan kebudayaan, penggunaan kontrasepsi seperti kondom untuk yang aktif secara seksual dan khitan pada laki-laki</li></ul>2. Pencegahan Sekunder Perempuan usia &gt;30 tahun&nbsp; dan &gt;25 tahun untuk perempuan dengan HIV dapat melakukan:<ul style="list-style-type:disc;"><li>Deteksi dini dengan pengujian kinerja tinggi ekuivalen atau lebih baik dari uji HPV DNA</li><li>Jika hasil skrining positif, segera diterapi atau diberikan pengobatan</li></ul>3. Pencegahan Tersier Semua wanita, sesuai kebutuhan Pengobatan kanker invasif pada segala usia, meliputi:<ul style="list-style-type:disc;"><li>Operasi</li><li>Radioterapi</li><li>Kemoterapi</li><li>Perawatan paliatif</li></ul>Pencegahan kanker serviks harus mencakup multidisiplin melalui pendidikan masyarakat, mobilisasi sosial, &nbsp;vaksinasi, skrining, pengobatan, dan perawatan paliatif1.

Langkah Preventif Menurunkan Risiko HPV dan Kanker Serviks

Berdasarkan data dari GLOBOCAN, jumlah kasus kanker baru (pria dan wanita) di Indonesia mencapai 396.914 pada tahun 2020, meliputi: kanker payudara (16,6%); kanker serviks (9,2%): kanker paru-paru (8,8%), kanker anus dan usus besar (8,6%), kanker hati (5.4%), dan kanker lainnya (51,4%). Kanker serviks berada di urutan kedua sebagai penyakit kanker yang paling sering diderita perempuan Indonesia (17,2%), sekaligus berada di urutan ketiga kematian akibat kanker.

Kanker Serviks, Penyebab Kematian Akibat Kanker Terbesar Ke-3 di Indonesia

Diagram Batang 1. Persentase Negara dengan Program Skrining Kanker Serviks (2019) dan Vaksin HPV pada Program Imunisasi Nasional (2020) menurut World Bank Income Group.

Saat vaksin HPV pertama kali dilisensikan di tahun 2006 sampai 2017, ada lebih dari 100 juta remaja perempuan di seluruh dunia menerima setidaknya satu dosis vaksin HPV dan 95% di antaranya berada di negara berpenghasilan tinggi. Akses ke vaksinasi HPV kemudian meningkat dan pada tahun 2019 ada lebih dari 65% anak perempuan yang divaksinasi setiap tahun di seluruh dunia tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Lalu pada tahun 2020, kurang dari 25% negara berpenghasilan rendah dan kurang dari 30% negara berpenghasilan menengah ke bawah memasukkan vaksin HPV ke jadwal imunisasi nasional mereka, sementara lebih dari 85% negara berpenghasilan tinggi telah melakukannya.

Intervensi Pengendalian Kanker Serviks: Status Akses ke Vaksin HPV dan Skrining

<ol style="list-style-type:decimal;"><li>Anda akan diarahkan untuk membuka atau mengunduh aplikasi Grab jika belum memiliki aplikasi tersebut</li><li>Setelah klik tautan, Anda akan diarahkan ke laman konsultasi Dokter untuk dapat melakukan telekonsultasi</li><li>Lanjutkan proses sesuai instruksi yang tertera pada aplikasi</li></ol>

Anda akan keluar dari situs MSD ini dan diarahkan ke web eksternal. MSD tidak meninjau atau memiliki kendali atas konten dari situs non-MSD dan tidak memberikan jaminan atau representasi terhadap segala keakuratan, kelengkapan, keandalan atau kegunaan informasi apa pun yang terkandung dalam situs pihak ketiga. MSD tidak bertanggung jawab atas kehilangan atau kerusakan apa pun yang mungkin timbul ketika Anda menggunakan konten atau informasi dari situs non-MSD.